top of page

"Kehendak Allah Atau Kehendak Saya"

  • Ps. J.B. Sangari
  • Feb 10, 2016
  • 2 min read

# MEDITATION - FEBRUARY 10, 2016 “TURN YOUR EYES UPON JESUS !”

*SONG: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”

“PENCOBAAN 1: ’Kehendak Allah Atau Kehendak Saya’”

"Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." -- (Mat. 4:2-4).

(“And when he had fasted forty days and forty nights, he was afterward an hungred. And when the tempter came to him, he said, If thou be the Son of God, command that these stones be made bread. But he answered and said, It is written, Man shall not live by bread alone, but by every word that proceedeth out of the mouth of God.”)

# Saya belum pernah dicoba agar mengubah batu karang menjadi roti. Bahkan sekali pun tidak selama hidup saya. Sesungguhnya, sama sekali itu bukan pencobaan bagi saya karena kenyataan sederhana bahwa saya tidak bisa melakukannya. Saya bisa menghabiskan tiga tahun mendatang dalam kebun batu di pelataran parkir di belakang gereja memerintahkan batu-batu itu supaya menjadi roti dan tidak pernah menghasilkan satu bantal roti pun untuk menunjukkan saya mampu.

Tetapi Yesus bisa. Sebagai pelaku penciptaan (Yoh. 1:3), Dia mampu membuat roti dari batu atau dari yang tidak ada. Tetapi, untuk berbuat begitu, Dia harus “mengisi kembali kekosongan” diri-Nya dan menggunakan kembali kuasa Ilahi-Nya. Pencobaan untuk mengubah batu menjadi roti adalah pecobaan Mesianik, ditujukan kepada satu sosok yang bukan saja punya kuasa untuk melaksanakannya tetapi yang tahu bahwa Dia memiliki kuasa dan kemampuan tersebut.

Walau Yesus sudah pasti lapar, dan sementara saran untuk membuat roti dari batu tentu atraktif sekali, kita sama sekali tidak melihat inti pencobaan pertama dan menganggapnya sekedar pencobaan untuk memuaskan keperluan-keperluan-Nya sendiri, suatu pelaksanaan tindakan fatal bagi rencana penebusan di mana Dia harus bergantung kepada Allah seperti manusia-manusia lain.

Bahkan lebih pokok adalah apa yang dimaksudkan secara tidak langsung untuk menghindari salib yang maha penting itu. Dengan menciptakan roti dari batu, Yesus bisa dengan segera mendirikan sebuah kerajaan ekonomis dan politis, dan bangsa Yahudi dengan senang hati mengikutinya.

Itu sudah jelas dalam Yohanes 6, ketika Yesus memberi makan 5,000 jiwa itu. Dalam mujizat itu orang Yahudi melihat nabi yang sudah dinubuatkan yang akan menjadi seperti Musa (Ul. 18:18). Bagaimanapun, bukankah Yesus sudah memperlihatkan sesuatu yang sama dengan mujizat ? Rakyat menjadi begitu bersemangat dan menggelora sehingga mereka memutuskan untuk “membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja” (Yoh. 6:14,15). Bahkan para murid menjadi terbabit dalam gerakan itu untuk menjadikan Yesus semacam Mesias politis pada waktu itu (Mat. 14:22).

Tetapi Yesus menolak inisiatif itu. Ia tahu bahwa jalan kayu salib akan jauh lebih sulit untuk mendirikan kerajaan-Nya daripada memberi makan kepada rakyat miskin di negeri yang lapar. Begitu pula, Dia menyadari bahwa cara kayu salib jalan satu-satunya untuk memecahkan masalah dosa.

Tuhan, hari ini sementara saya menyusuri jalan kehidupan, bantulah saya untuk mencari kehendak-Mu dan bukan jalan pintas. #


Share Please !
Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2016 - RISDAF CHURCH

  • Twitter Classic
  • c-facebook
bottom of page