"Berduka Atas Kepapaan"
- Ps. J.B. Sangari
- Feb 21, 2016
- 2 min read

# MEDITATION “TURN YOUR EYES UPON JESUS !” #
*SONG: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”
“BERDUKA ATAS KEPAPAAN”
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”Mat. 5:3,4).
(“Blessed are the poor in spirit: for theirs is the kingdom of heaven. Blessed are they that mourn: for they shall be comforted.”--KJV).
# Bagian permulaan profil karakteristik Kristen adalah miskin di hadapan Allah. Dalam Perjanjian lama, kemiskinan memiliki makna tambahan yang Kitab Suci identifikasi dengan kebergantungan yang sederhana kepada Allah. Kalau mereka yang kaya dan berkecukupan cenderung bergantung pada kekuatan mereka sendiri, maka yang miskin hanya dapat memandang kepada Tuhan untuk keselamatan dan bantuan saat kesusahan.
Dalam Perjanjian Baru, mereka yang “miskin di hadapan Allah” yang berdiri dengan si pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus, menangis dalam keadaan rendah mereka, “Ya Allah, kasihanilah aku orang bedosa ini” (Luk. 18:13). Orang itu merasakan kepapaannya yang berat sekali dipikul, bahwa dia tidak dapat mempersembahkan apa-apa kepada Allah. The New English Bible membantu kita mengerti makna ucapan bahagia yang pertama itu menerjemahkan sebagai “Berbahagialah mereka yang mengetahui kebutuhan mereka akan Allah.”
John R. W. Stott menulis bahwa “para pemungut cukai dan pelacur, mereka yang ditolak masyarakat, yang mengetahui bahwa mereka begitu miskin sehingga mereka tidak dapat mempersembahkan dan tidak mencapai apa-apa” adalah ahli waris kerajaan, dalam kisah Injil. “Yang hanya dapat mereka lakukan adalah berseru kepada Allah untuk belas kasihan; dan Dia mendengar seruan mereka.” “Merekalah,” Yesus berjanji, “yang empunya kerajaan surga.”
Setelah mengenal ketidakberdayaan dan kemiskinan rohani kita, langkah berikutnya adalah kesedihan pertobatan, digambarkan dalam ucapan bahagia kedua sebagai dukacita. Mengakui kemiskinan rohani kita adalah suatu yang berbeda dengan dukacita karenanya. “Dukacita di sini memperlihatkan kesedihan hati yang sesungguhnya karena dosa” (Thoughts From the Mount of Blessing, hlm. 9).
Dengan demikian kehidupan Kristen bukanlah terdiri atas sukacita dan tawa selalu sebagaimana beberapa pihak menginginkan kita percayai. Umat Kristen meratap atas kekurangan-kekuarangan mereka, kelangkaan-kelangkaan di dalam kehidupan mereka yang membawa Kristus ke kayu salib.
Berita baiknya dari kedua ucapan bahagia itu bukan saja para pengikut Kristus yang mewarisi kerajaan tetapi bahwa mereka juga akan dihibur. Penghiburan itu adalah penghiburan ganda—sekarang dan di masa mendatang.
Pada satu sisi umat Kristen telah dihibur oleh pengampunan dan kepastian bahwa mereka akan diselamatkan. Tetapi yang terbaik dari semua penghiburan masih akan tiba ketika Yesus datang di awan-awan untuk membawa umat-Nya pulang. Pada saat itu mereka yang telah mati di dalam Kristus akan diangkat dari kematian, sedang “kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tes. 4:16,17). Nah, itulah penghiburan yang sesungguhnya. #