top of page

"Garam Tidak Pernah Kehilangan Rasanya"

  • Ps. J.B. Sangari
  • Feb 28, 2016
  • 2 min read

# MEDITATION - FEBRUARY 28, 2016 “TURN YOUR EYES UPON JESUS !” #

*SONG: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”

“GARAM TIDAK PERNAH KEHILANGAN RASANYA ”

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”--Mat. 5:13).

(“Ye are the salt of the earth: but if the salt have lost his savour, wherewith shall it be salted? it is thenceforth good for nothing, but to be cast out, and to be trodden under foot of men.”)

# Dengan ayat 13, Yesus mengeser penjelasan-Nya tentang karakter Kristen kepada sebuah bagian pendek tentang pengaruh Kristen. Tetapi keduanya berhubungan erat. Pengaru seorang Kristen bergantung pada karakter. Tanpa karakter “Kristen” maka tidak akan ada pengaruh “Kristen.” Supaya efektif, garam itu harus asin.

Garam itu punya banyak fungsi. Masyarakat yang tidak memiliki lemari es, akan menggunakan garam sebagai pengawet. Tetapi supaya efektif, garam harus meresap masuk ke dalam makanan. Garam yang diletakkan sepersekian inci terpisah dari makanan tidak dapat mengawetkan atau menambah rasa.

Yesus menggambarkan umat Kristen sebagai “garam dunia.” Dia tidak memerintah kita agar menjadi garam, tetapi telah menyatakan satu fakta—“Kamu adalah garam.” Umat Kristen berfungsi sebagai garam oleh berbaur dengan budaya sekitar. Hanya dengan demikian mereka dapat mengeluarkan peran yang telah diberikan Allah untuk megawetkan dan memberi rasa pada masyarakat mereka. Walau umat Kristen sering tidak menyadarinya, kehidupan sehari-hari mereka melunakkan orang-orang dan masyarakat sekitar mereka sementara mereka melakukan ke-8 Ucapan Bahagia. Mereka “memberi rasa” kepada dunia melalui kebaikan-kebaikan kecil yang mereka perihatkan, kerendahan hati yang mereka tunjukkan, dan sebagainya. Bahkan orang-orang sombong dan keras sering kesulitan untuk tidak menghargai umat Kristen yang benar, walau mereka tidak ingin berusaha menyamai mereka. Dengan demikian, satu efek pengaruh Kristen adalah menghambat kemerosotan pribadi dan sosial yang Paulus dengan tepat gambarkan dalam Roma 1:18-32.

“Garam adalah garam ! Garam itu asin ! Tanpa rasa asin, maka itu bukan garam ! Kalau begitu, bagaimana garam dapat kehiangan rasa asinnya ? Tidak bisa. Kalau tidak asin, maka itu buka garam. Jadi bagaimana ?” Anda mungkin saja bertanya sekarang. Apakah artinya bagi hidup saya ?”

Artinya segala-galanya. Karena umat Kristen tidak bisa memilih untuk tidak menjadi garam, maka satu-satunya yang mereka dapat lakukan adalah memilih untuk tidak berfungsi sebagai garam, dan menolak peran garam yang Allah telah berikan.

Dan bagaimana saya dapat lakukan itu ? Dengan bersikap tidak seperti Yesus, yang hidup dan mati untuk kehidupan orang lain. Dengan tidak mau berbaur bersama dunia dan menyumbangkan pengaruh yang awet.

Dengan pilihan-pilihan demikian maka orang akan kehilangan rasa asinnya. Mereka bukan lagi garam (bukan lagi Kristen). Itulah yang telah menjadi masalah bukan solusinya.

Makna cerita ini sederhana saja. Prinsip apa yang kita terima di dalam kehidupan kita dan bagaimana kita berhubungan dengan sesama dalam hidup sehari-hari, itu akan membuat perbedaan. #


Share Please !
Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2016 - RISDAF CHURCH

  • Twitter Classic
  • c-facebook
bottom of page