# Menggenapi Hukum Bagian 1 #
- Ps. J.B. Sangari.
- Mar 6, 2016
- 2 min read

# MEDITATION - MARCH 6, 2016 “TURN YOUR EYES UPON JESUS !” #
*SONG: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”
# MENGGENAPI HUKUM BAGIAN 1 #
“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir ! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil ! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”--Mat. 5:21,22. (“Ye have heard that it was said by them of old time, Thou shalt not kill; and whosoever shall kill shall be in danger of the judgment: But I say unto you, That whosoever is angry with his brother without a cause shall be in danger of the judgment: and whosoever shall say to his brother, Raca, shall be in danger of the council: but whosoever shall say, Thou fool, shall be in danger of hell fire.”)
# Dengan Matius 5:21 kita sudah sampai pada bagian pertama dari enam ilustrasi bagaimana hidup keagamaan kita harus melebihi apa yang dijalani oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi (ayat 20). Di dalam keenam contoh itu, kita menemukan Yesus menyempurnakan atau menggenapkan arti hukum (ayat 17).
Yang biasa kita temukan pada setiap ilustrasi adalah kata-kata “kamu telah mendengar yang difirmankan” dan “Aku berkata kepadamu.” Mereka yang pertama-tama mengucapkan kata-kata tersebut adalah para pemimpin Yahudi seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang telah mengambil hukum Perjanjian Lama dan menciptakan tradisi lisan untuk melindungi hukum itu dan menerapkannya kepada kehidupan rakyat. Para pemimpin Yahudi yang demikian pada umumnya bersungguh-sungguh dalam upaya mereka untuk membuat hukum itu berarti. Tetapi kesungguhan mereka tidak melindungi mereka dari kesalahan.
Itulah sebabnya mengapa Yesus datang dengan ucapan “tetapi Aku berkata.” Kata-kata sangat penting untuk kita mengerti Matius 5:21-28 dan keseluruhan Khotbah di Atas Bukit. Di dalam Ucapan Bahagia itu, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai otoritas dalam memberi arti hukum itu. Tetapi Dia tidak mendasarkan ajaran-Nya pada penilaian orang lain. Sebaliknya, Dia yang berwewenang atas hukum. Dia mendekatinya bukan sekadar seorang Guru; tetapi sebagai Pemberi Hukum. Dia yag mengetahui tinggi dan dalamnya Hukum karena Dia adalah Allah yang mula-mula memberikan hukum itu.
Dalam prosesnya, Dia menjungkir-balikkan pendekatan bergaya Farisi terhadap hukum. Sebagaimana yang diperlihatkan Yesus, orang-orang Farisi luar biasa membicarakan kata-kata hukum, tetapi buruk dalam mempaktikkannya. Mereka kaum perfeksionis di hati, dan semua perfeksionis membutuhkan daftar boleh dan tidak boleh dilakukan. Untuk membuat hukum dapat dikelola, agar menaatinya dengan sempurna, maka mereka mengurangi ukuran-ukurannya. Orang-orang Farisi segala usia melakukan itu dengan berhati-hati dalam cara mereka menafsirkan dosa. Bagi mereka, dosa cenderung merupakan tindakan.
Tetapi Yesus membalikkan semua upaya itu. Menolak untuk memainkan permainan Farisi, Dia bergerak melampaui arti lahiriah hukum dan masuk ke dalam sifat rohaninya. Dengan demikian, Dia menunjukkan bahwa masalah mendasar bukanlah tindakan, tetapi pikiran dan sikap di balik masalah itu. Dengan cara demikian, Yesus memecahkan kesempurnaan sekadar rupa orang-orang Farisi zaman-Nya dan zaman kita.
Tuhan di surga, bantulah saya menggenggam dalam hati saya, sepenuhnya arti hukum itu dan bukan hanya kulit luarnya saja. #