# MENGAJAR DALAM PERUMPAMAAN #
- Pr. J.B. Sangari
- May 1, 2016
- 2 min read

MEDITATION—MAY 1, 2016 -- “TURN YOUR EYES UPON JESUS !”
*Song: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”
# MENGAJAR DALAM PERUMPAMAAN #
(Matthew 3:1-3) “1] In those days came John the Baptist, preaching in the wilderness of Judaea, [2] And saying, Repent ye: for the kingdom of heaven is at hand. [3] For this is he that was spoken of by the prophet Esaias, saying, The voice of one crying in the wilderness, Prepare ye the way of the Lord, make his paths straight.”
(Matius 3:1-3) ”1] Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: [2] "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat !" [3] Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
# Pada pertengahan pelayanan Yesus, kita menemukan dua transisi. Yang satu berkaitan dengan lokasi dan yang kedua tentang metode-Nya mengajar. Pengajaran awal sebagian besar dilakukan dalam rumah ibadat. Hal itu dapat dimengerti, karena itulah tempat orang Yahudi berharap mendengar firman Allah dijelaskan. Tetapi pertentangan terhadap ajaranYesus sebaiknya membuat Dia lebih berhati-hati untuk menghindari tempat-tempat yang bagi-Nya sudah menjadi ajang konfrontasi. Di luar itu, prioritas-Nya bagi orang banyak begitu meningkat sehingga tidak ada rumah ibadat yang mampu menampung masa sebanyak itu. Jadi dalam Matius 13 kita menemukan Dia mengajar di tepi danau.
Yesus bukan saja memperoleh jalur baru untuk pengjaran-Nya, tapi juga metodologi baru: “Ia mangucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka.” Bukannya Dia tidak menggunakan perumpamaan sebelumnya, tetapi begitu pertentangan meningkat maka Dia makin menggunakan perumpamaan.
Yesus bukan hanya guru Yahudi pertama yang menggunakan perumpamaan, Klyne R. Snodgrass menulis, “Tetapi tidak ada bukti bahwa ada orang yang sebelum Yesus menggunakan perumpamaan secara konsisten, kreatif dan efektif seperti Dia (Yesus) lakukan.”
Ada orang yang dengan tepat menggambarkan sebuah perumpamaan sebagai “kisah dunawi dengan arti surgawi.” Perumpamaan itu menggunakan ilustrasi dari sesuatu yang familiar di sekitar itu untuk membantu orang-orang mengerti realita surgawi atau spiritual.
Mengajar dengan perumpamaan memiliki beberapa kelebihan dan keuntungan. Perumpamaan itu aman.
Dengan adanya orang-orang yang memperhatikan Yesus untuk menghancurkan-Nya, oleh menggunakan perumpamaan maka Dia dapat mengajar dengan cara yang tidak membuat musuh-musuh-Nya terlalu marah atau memberikan mereka kata-kata konkrit yang dapat mereka gunakan untuk menjatuhkan-Nya.
Keuntungan kedua adalah bahwa orang suka mendengar cerita-cerita, dan umat Yahudi zaman dahulu tidak terkecuali. Setiap pengkhotbah paham akan kuasa sebuah cerita untuk mendapatkan perhatian.
Tetapi kemungkinan nilai terbesarnya adalah kelestarian pengajaran yang termaktub di dalam perumpamaan. Dengan baik Ellen White mengutarakannya, “Setelah itu, ketika mereka memandag obyek-obyek yang mengilustrasikan ajaran-ajaran-Nya, mereka teringat akan kata-kata Sang Guru Ilahi. Bagi pikiran-pikiran yang terbuka kepada Roh Kudus, arti ajaran Juruselamat makin lama semakin dimengerti. Misteri-misteri menjadi jelas, dan yang sangat sulit dimengerti manjadi nyata.” (Christ Object Lessons, hlm. 21).