top of page

# PANDANGAN ANGGOTA GEREJA SEUMUR HIDUP TENTANG KESELAMATAN #

  • Pr. J.B. Sangari
  • May 29, 2016
  • 3 min read

MEDITATION—MAY 29, 2016 -- “TURN YOUR EYES UPON JESUS !”

*Song: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”

# PANDANGAN ANGGOTA GEREJA SEUMUR HIDUP TENTANG KESELAMATAN #

(Luke 15:25-30) -- “25] Now his elder son was in the field: and as he came and drew nigh to the house, he heard music and dancing. [26] And he called one of the servants, and asked what these things meant. [27] And he said unto him, Thy brother is come; and thy father hath killed the fatted calf, because he hath received him safe and sound. [28] And he was angry, and would not go in: therefore came his father out, and intreated him. [29] And he answering said to his father, Lo, these many years do I serve thee, neither transgressed I at any time thy commandment: and yet thou never gave me a kid, that I might make merry with my friends: [30] But as soon as this thy son was come, which hath devoured thy living with harlots, thou hast killed for him the fatted calf.”

(Lukas 15:25-30) -- ”25] Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. [26] Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. [27] Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. [28] Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. [29] Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. [30] Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.”

# Tidak semua orang menyukai pesta ! Anak sulung adalah salah satu dari orang-orang anti pesta. Dan sebagai pemuda berusia 19 tahun yang baru saja bertobat, waktu saya pertama kali membaca perumpamaan ini, saya setuju dengannya. Bagaimanapun, argumentasinya tepat sekali. Mengapa bergembira atas kedatangan saudara laki-lakinya ? Dia tanpa pikir panjang menghabisan warisannya. Dan sekarang dia ingin pulang dan menghabiskan warisanku. Mengapa harus bergembira tentang itu ?

Alasan yang baik ! Dan jangan lupa, ada alasan sang adik untuk pulang.

Ingat, bahwa dia itu sudah habis-habisan dan sekarat. Apa lagi yang dia dapat lakukan ? Maka tidak heran sang anak sulung itu marah. Saya juga akan marah, tentunya.

“Mengapa bikin pesta ?” dia berseru. Berikan apa yang patut dia dapat. Biarkan dia bekerja sampai jari-jemarinya tinggal tulang dibungkus kulit saja dan barulah kemudian mungkin dia boleh mendapat remah-remah dari meja ”ku.”

Itulah gambaran yang tepat dari segi keadilan manusia. Berikan apa yang patut dia dapat. Dan itu logika manusia. Berikan kepada orang apa yang ia patut dapatkan. Tetapi logika Bapa mengatakan, berikan mereka apa yang mereka perlukan, berikan mereka apa yang mereka tidak layak peroleh, berikan mereka kasih karunia.

Tetapi itu satu hal yang si anak baik dan rajin ke gereja ini, tidak pernah sesungguhnya mengerti. Dengarkan saja sewaktu dia marah: “Aku selalu mematuhi semua perintah bapa, tapi bapa tidak pernah membuat pesta untukku. Apakah bapa kira aku suka semua yang kudus itu ? Aku pergi ke gereja tiap Sabat, tetapi aku benci tiap menit waktu aku aku di sana. Tetapi aku melakukannya. Itu patut diperhatikan dan dihargai.”

Hatinya sebenarnya berkata: “Dan itukah yang disebut putra bapa ? Dia asyik dengan pelacur-pelacur, sedangkan aku membersihkan kotoran domba dengan tanganku setelah bekerja keras seharian di ladang. Aku sesunguhnya ingin melakukan apa yang dia lakukan. Tetapi sebaliknya aku bekerja seperti hamba di peternakan goblok ini. Aku patut dipestakan tetapi tidak pernah itu dilakukan untukku.”

Tragedi kisah ini adalah sang anak baik itu—sang anak yang tidak pernah meninggalkan rumah bapanya atau gereja, si anak laki-laki memiliki semua hal istimewa—merasa tidak pernah dimengerti bapa.

Sesuatu hal yang sia-sia dan menyedihkan bagi si anak sulung—menghabiskan hidup di rumah Bapa dengan hati dan pikiran seorang budak bayaran daripada memiliki hati dan pikiran putra atau putri sejati dari (Allah Bapa). Renungkanlah hal yang penting ini ! #


 
 
 
Share Please !
Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square

© 2016 - RISDAF CHURCH

  • Twitter Classic
  • c-facebook
bottom of page