# TIDAK SETIAP HARI ADALAH HARI PENUH SEMANGAT ROHANI #
- Pr. J.B. Sangari
- Jun 28, 2016
- 2 min read

MEDITATION—JUNE 28, 2016 -- “TURN YOUR EYES UPON JESUS !”
*Song: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”
# TIDAK SETIAP HARI ADALAH HARI PENUH SEMANGAT ROHANI #
(Matthew 17:14-16) -- “14] And when they were come to the multitude, there came to him a certain man, kneeling down to him, and saying, [15] Lord, have mercy on my son: for he is lunatick, and sore vexed: for ofttimes he falleth into the fire, and oft into the water. [16] And I brought him to thy disciples, and they could not cure him.”
(Matius 17:14-16) -- “14] Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, [15] katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. [16] Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya."
[ PANDANGLAH KEPADA YESUS, YANG MELANGKAH MENUJU KAYU SALIB ]
# Apakah perbedaannya ! Pemuliaan Yesus di atas gunung dan “tiga” orang yang menjadi saksi sekelumit surga. Sekarang, waktunya menuruni gunung. Dapat dikatakan, mereka turun dan mendapat situasi yang sulit.
Sesungguhnya, justru inilah keadaan Petrus yang akan dihindari ketika di atas gunung dia berkata, “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah” (Mark. 9:5). Andaikan saja Petrus bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, maka dia tentu akan tinggal di puncak sana selama-lamanya.
Tetapi Yesus tidak melupakan misi-Nya. Tujuan pemuliaan itu untuk menguatkan-Nya. Dan Dia tiba tepat pada waktunya untuk menghadapi masalah genting. Kesembilan murid itu telah gagal menyembuhkan seorang bocah laki-laki di depan umum, dan para ahli Taurat ramai membincangkannya, menebarkan keragu-raguan, bukan saja mengenai kemampuan para murid itu, tetapi Yesus pun kena imbasnya.
Penghinaan yang dilontarkan kepada para murid itu sangat parah. Pada saat itulah Yesus muncul dan menyembuhkan anak itu. Mengapa mereka gagal ? Para murid me-nanyakannya. Pertanyaan bagus, karena Dia telah “memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat” (Mrk. 6:7). Dan ketika kembali dari misi pertama mereka tanpa Yesus, mereka melaporkan bahwa mereka telah “mengusir banyak Setan” (ayat 13). Apakah yang berbeda sekarang ? Yang pertama, pengumuman Yesus seminggu sebelumnya bahwa Dia akan ditolak dan mati, telah menghancurkan iman mereka.
Mereka tidak dapat memberi apa yang mereka tidak miliki. Disamping itu, mungkin sifat mereka buruk, menggerutu mengenai keistimewaan yang diberikan kepada Petrus, Yohanes dan Yakobus dengan pergi bersama Yesus sementara mereka ditinggalkan. Keputusasaan dan ketiadaan berdoa bukanlah tanpa penyebab.
Kita tahu bahwa kehidupan berdoa mereka lemah (Mrk. 9:29). Tentu saja sebagaian besar orang berhenti berdoa apabila mereka putus asa. Tetapi justru itulah saatnya kita butuh lebih banyak berdoa daripada sebelumnya.
Memang menyenangkan kalau kita secara rohani bersemangat di atas gunung bersama Yesus. Tetapi kenyataan dari kehidupan adalah semangat setinggi gunung biasanya diikuti “tersungkurnya” kita ke dunia nyata. Dan dalam hal itu kita perlu berdoa supaya dapat berhasil dengan baik menjalani kehidupan kita, bahkan jika kita tidak merasa ingin berdoa. Jadi, bagaimana pun, haruslah berdoa. Doa adalah kunci iman yang sejati dari kita sebagai pengikut Yesus Kristus. #