# PERTANYAAN KESUKAAN PARA MURID #
- risdaf2016
- Jun 30, 2016
- 2 min read

MEDITATION—JUNE 30, 2016 -- “TURN YOUR EYES UPON JESUS !”
*Song: “Turn your eyes upon Jesus, Look full in His wonderful face, and the things of earth will grow strangely dim, In the light of His glory and grace.”
# PERTANYAAN KESUKAAN PARA MURID #
(Matthew 18:1-4) -- “1] At the same time came the disciples unto Jesus, saying, Who is the greatest in the kingdom of heaven ? [2] And Jesus called a little child unto him, and set him in the midst of them, [3] And said, Verily I say unto you, Except ye be converted, and become as little children, ye shall not enter into the kingdom of heaven. [4] Whosoever therefore shall humble himself as this little child, the same is greatest in the kingdom of heaven.”
(Matius 18:1-4) -- “1] Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga ?" [2] Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka [3] lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. [4] Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”
[ PANDANGLAH KEPADA YESUS, YANG MELANGKAH MENUJU KAYU SALIB ]
# Dengan ayat-ayat ini kita sudah sampai pada pertanyaan kesukaan para murid. Mereka rupanya terobsesi dengan pertanyaan itu. Markus 9:33,34 memberitahu kita bahwa mereka “berdebat” mengenai siapa yang terbesar.
Barangkali yang menyebabkan masalah itu adalah pemberkatan Yesus atas Petrus setelah dia menjawab bahwa Yesus adalah Allah. Hampir tidak mungkin untuk dipercaya bahwa Petrus membanggakan diri karena senang sekali atas pujian itu. Kemudian ada pemilihan ketiga murid untuk bersama Yesus pergi ke Gunung Kemuliaan.
Tetapi pada tahap yang lebih mendalam masalah besar itu menetap di kedalaman hati manusia yang penuh dengan dosa. Keinginan untuk kepentingan diri sendiri untuk memenuhi dua kebutuhan pemenuhan terbesar keduniawian dan dosa-dosa terbesarnya. Hasrat untuk menonjol, menjadi superior, supaya orang-orang memandang dan mengagumi “aku” adalah bagian dari pemberontakan besar dari umat manusia terhadap Allah. Itu juga merupakan akar dari dosa Lusifer di surga. Dalam hatinya dia berkata, “aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah … Aku mau … menyamai Yang Maha Tinggi” (Yes. 14:13,14). Hasrat untuk menjadi terbesar, bahkan menjadi Allah kehidupan kita sendiri, membentuk pondasi dosa. Dan, sebagaimana kita lihat sebelumnya waktu mendiskusikan Matius 16:24, solusi satu-satunya atas masalah tersebut adalah salib—yaitu, kematian diri kita sendiri dan pengalaman dilahirkan kembali dalam Kristus.
Di dalam Matius 18:2-4, Yesus memberitahu kepada para murid-Nya bahwa yang terbesar di dalam kerajaan Allah akan seperti anak-anak kecil. Anak-anak tidak berarti di zaman purba, dan di sini kita temukan Yesus membalikkan kebijakan dunia dengan menyatakan bahwa kebesaran tidak terletak pada prestasi dan kecanggihan duniawi tetapi di dalam kerendahan hati dan keterbukaan seperti anak-anak.
Para murid, sebagaimana kita kemungkinan harapkan, tidak menyukai pelajaran itu dan serta merta melupakannya. Jujur saja, saya juga tidak menyukainya.
Dengan kesadaran tersebut kita kembali ke kaki salib dalam pertobatan dan kerendahan hati. #
Datanglah ya Tuhan Yesus. Maranatha, amin !