PERJALANAN TERAKHIR KE YERUSALEM
- Pr. J.B. Sangari.
- Aug 21, 2016
- 2 min read

MEDITATION— AUG. 21, 2016.
= PERJALANAN TERAKHIR KE YERUSALEM =
(Matius 26:1-5) – “1] Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: [2] "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan." [3] Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, [4] dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia. [5] Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
# Sekarang kisah Injil bergeser dengan cepat. Semenjak pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Kristus, peristiwa-peristiwa bergerak menuju ke salib bilamana Yesus berusaha membantu para murid untuk mengerti apa artinya bagi Dia sebagai Kristus.
Sementara itu, kita perlu menyadari bahwa kematian Kristus bukan akhir atau lampiran kehidupan-Nya. Sebaliknya, kematian-Nya itu, yang menjadikan kehidupan-Nya berarti. Yesus datang ke dunia supaya Dia dapat “memberikan nyawa-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:28). Darah-Nya akan “ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat. 26:28), dan melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia akan “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21).
Yesus menghadapi kayu salib bukan sebagai tebusan kejadian-kejadian di luar kendali-Nya. Dia tahu apa yang akan terjadi dan Dia bisa saja menolak melakukan perjalanan-Nya kea rah Yerusalem. Tetapi Yesus sendiri sebagai pemegang kendali dari apa yang akan terjadi. “Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali,” Dia beritahu para murid-Nya. “Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri” (Yoh. 10:17,18). Pengorbanan yang sungguh menakjubkan. #
DOA PRIBADI: “Tuhan, berilah pada-ku Roh Suci-Mu, agar ku-selalu mengerti arti pengorbanan-Mu dan selalu siaga: Berjaga dan menunggu, sebab kedatangan-Mu rahasia, namun semakin dekat,—Biarlah ku-mempraktekkan iman dan kasih tiap hari, tetap setia, sekarang sampai Hari Maranata. —Imanuel, amin !”