SEBUAH BERKAT YANG DIABAIKAN
- Pr. J.B. Sangari.
- Aug 27, 2016
- 2 min read

MEDITATION— AUG. 27, 2016. = SEBUAH BERKAT YANG DIABAIKAN =
(Yohanes 13:12-17) – “12] Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu ? [13] Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. [14] Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; [15] sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. [16] Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. [17] Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.”
# Salah satu aspek yang aneh dalam sejarah gereja ialah bahwa sebagian besar organisasi keagamaan dan umat Kristen hanya menekankan pada aspek Perjamuan Terakhir yang berkaitan dengan roti dan anggur, tetapi hampir mengabaikan Pembasuhan Kaki sama sekali.
Kematian Kristus dan darah-Nya yang dicurahkan adalah inti segala-galanya yang disebut Kekristenan. Akibatnya, pemecahan roti yang menggambarkan tubuh Kristus dan anggur yang menggambarkan darah-Nya yang dicurahkan, patut mendapat tempat yang penting dalam ajaran Kekristenan. Tetapi, sebagian besar dari kita orang-orang modern tidak suka gagasan mencuci kaki sama seperti sikap Petrus. Mencuci kaki sebelum makan roti dan minum anggur Perjamuan Suci itu, yang menggambarkan kerendahan hati terhadap satu sama lain, perlu dilakukan oleh setiap pengikut Yesus.
Kita semua sebagai manusia memiliki kebanggaan diri dan pernah menyinggung perasaan orang lain dalam keluarga kita dan dalam gereja. Pengalaman menmbasuh kaki adalah saat untuk merendahkan hati dan mengikuti teladan Tuhan kita. Itulah saat untuk pembaruan kerohanian, saat untuk menemui orang lain kepada siapa kita telah berbuat salah, saat berdamai dengan mereka dan dengan Tuhan kita. Singkatnya, itulah saat pembaruan rohani yang dilambangkan dengan sebuah baptisan mini. Paling penting, hal itu mempersiapkan kita untuk duduk di meja Tuhan dalam hati dan pikiran sebagai suatu komunitas pendosa yang sudah dipulihkan, dan yang sudah mengotori kaki kita di dalam perjalanan hidup ini. #
DOA PRIBADI: “Tuhan, berilah Roh Suci-Mu, agar ku-selalu mengerti pengorbanan-Mu, selalu berjaga dan menunggu, sebab kedatangan-Mu rahasia, namun semakin dekat,—Biarlah ku-mempraktekkan iman dan kasih dalam pelayananku setiap hari, tetap setia, sekarang sampai Hari Maranata. —Imanuel, amin !”